Bismillahirrahmaanirrahiim.
Sebagai seorang Muslim, tentu kita pernah (sekali, dua kali, atau sering) bertanya-tanya: Kapankah datang kemenangan Islam? Kemenangan atau Kekalahan, Tergantung Jadwal Sejarah di Sisi Allah
Kita bertanya demikian, karena menyadari betapa terpuruknya kondisi kaum Muslimin selama ini (di tingkat nasional maupun global); kita ingin agar segala keterpurukan itu lekas sirna, berganti kemenangan, kejayaan, dan kemuliaan.
Di sisi lain, kita juga mendapatkan jaminan dalam ajaran-ajaran Islam, bahwa kemenangan itu pasti akan tiba. Dalil yang sering disebutkan: “Wa’adallahu alladzina amanu minkum wa ‘amilus shalihaati, la yastakh-lifannahum fil ardhi kamaa istakh-lafa alladzina min qablihim” (dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang beramal shalih, bahwa mereka akan dijadikan berkuasa di muka bumi sebagaimana Allah telah menjadikan berkuasa orang-orang sebelum mereka). [An Nuur: 55].
Kalau kita membaca, mendengar, atau mengikuti seruan-seruan yang disampaikan oleh saudara-saudara dari kalangan Hizbut Tahrir; akan terasa sekali seolah kemenangan itu sudah dekat. Tegaknya Daulah Islam, bahkan Khilafah Islamiyyah, seolah tinggal menghitung hari saja. Tetapi manakala kita berbicara dalam tataran realitas, duh betapa jauh antara harapan dan kenyataan.
Ketika masuk periode tahun 1400 Hijriyah (33 tahun lalu), Rabithah ‘Alam Islami mempelopori sebuah seruan besar, bahwa abad ke-15 Hijriyah adalah abad kebangkitan Islam. Singkat kata, ini adalah abad Islam. Kala itu kampanye Shahwah Islamiyyah (Kebangkitan Islam) marak dimana-mana. Tidak sedikit para aktivis Islam mengambil spirit dari keberhasilan Revolusi Khomeini di Iran, tahun 1979. Mereka berpikir, “Kalau Syiah bisa, mestinya Sunni lebih bisa lagi.” (Ketertipuan pemikiran ini sama ketika kaum Muslimin pernah mendukung Kemal Attaturk di Turki, yang ketika itu oleh media digambarkan sebagai sosok penyelamat peradaban Islam; padahal kemudian terbukti, dialah penghapus Khilafah Islamiyyah).
Banyak pakar Islam di Timur Tengah mengelu-elukan kaum Muslimin Nusantara. Kata mereka, kebangkitan Islam akan dimulai di Indonesia. Sosok Abuya Ashari Muhammad, pemimpin Darul Arqam, dengan tegas mengklaim bahwa kebangkitan Islam dimulai dari Indonesia; terutama setelah Pak Harto menunaikan Haji pada tahun 1995. Murid-murid Ashari Muhammad mengangkat slogan yang cukup unik, “Kini giliran Timur.” Namun Dr. Al Qaradhawi menasehati, agar seruan kebangkitan dari Indonesia ini tidak usah dibesar-besarkan; agar potensi kebangkitan itu tidak dihancur-leburkan oleh konspirator Barat.
Kembali ke topik awal…
Jujur kita ingin mengatakan, bahwa kondisi kaum Muslimin saat ini (khususnya di Indonesia) sangat terpuruk. Hal ini tidak lepas dari adanya upaya-upaya sistematik untuk menghancurkan kehidupan Ummat Islam, dari segala sisi. Ketika di negeri ini sempat berhembus angin Kebangkitan Islam, hal itu ditafsirkan sebagai ancaman sangat besar bagi sistem Kapitalisme-Liberalistik yang mendominasi kehidupan modern saat ini. Maka berbagai kekuatan asing dan lokal, bahu membahu dan saling ta’awun, untuk menghancurkan kehidupan Muslimin Indonesia, dari ujung kaki sampai ujung rambut.
Secara ekonomi, kita dihancurkan sampai ke sendi-sendinya oleh IMF lewat Letter of Intents; secara politik, kita dihancurkan melalui demokrasi liberal; secara budaya, kita dihancurkan melalui dominasi TV-TV swasta; secara moral, kita dihancurkan oleh media-media dan pornografi di internet; secara dakwah, kita dihancurkan oleh serbuan dai-dai gaul dan selebritis; secara militer, kita dihancurkan melalui isu terorisme; secara pemikiran religius, kita dihancurkan melalui JIL, Syiah, dan aliran sesat; dll. Hari-hari yang kita jalani saat ini dengan segala kesumpekan, keruwetan, kehancuran, keironisan, kekalutan, kesadisan, kebobrokan, dan seterusnya ini, adalah buah dari penghancuran sistematik itu.
Dalam situasi demikian, kita bertanya-tanya: Apa yang sedang terjadi? Benarkah Islam akan bangkit? Benarkah akan muncul kebangkitan dari Nusantara? Bagaimana memahami situasi ini? Apa yang mesti kita perbuat?
Saudaraku rahimakumullah… engkau pasti sangat terbiasa dan akrab dengan model-model pemikiran sebagaimana di bawah ini…
[o]. Kalau pendidikan Ummat merosot, kita harus membangun pendidikan Islam yang berkualitas. Caranya, kita datangkan SDM guru Muslim yang handal; kita buat inovasi sistem pendidikan yang integral; kita kerahkan investasi besar untuk penyediaan sarana dan pra sarana. Yakinlah, dengan cara itu kita akan memiliki masa depan gemilang.
[o]. Ummat Islam terpuruk seperti ini karena penguasaan teknologi mereka sangat lemah. Kita mestinya membangun kehandalan di bidang telekomunikasi, kedirgantaraan, otomotif, teknologi digital, bioteknologi, nuklir untuk perdamaian, dll. Hanya dengan cara seperti itu, kita akan berhasil memimpin dunia di masa depan.
[o]. Selama ini Ummat Islam sangat lemah dari sisi ekonomi dan bisnis. Jihad ekonomi tidak diragukan lagi. Kita perlu mengembangkan seluas mungkin produk bank syariah, asuransi syariah, gadai syariah, MLM syariah, obligasi syariah (sukuk), pasar modal syariah, dll. Termasuk produk mikro ekonomi seperti BMT, koperasi syariah, BPR syariah. Inilah cara paling tepat untuk merebut kegemilangan masa depan di tangan Islam.
[o]. Jujur harus diakui, penguasa sebenarnya dunia saat ini adalah media. Kita perlu membangun media yang handal. Jangan banyak menyalahkan ini dan itu, yang penting kita berusaha nyata saja. Sudah saatnya kita membangun stasiun-stasiun TV Islami yang isinya 100 % murni sesuai Islam. Kalau orang membangun sebuah stasiun TV dengan modal 900 miliar, kita bisa membangun TV dengan mengumpulkan kencleng dari duit 100, 200, 500, atau 1000 rupiah. Intinya, kita harus bisa merebut dominasi media dan menyingkirkan media-media sekuler.
[o]. Keterpurukan Ummat Islam ini sebenarnya solusinya mudah, yaitu: penguatan sistem demokrasi, pendidikan politik, dan advokasi terhadap pelanggaran-pelanggaran HAM. Hanya dengan cara demikian, kita akan bisa membangun masa depan yang cerah, gemilang, di tangan Islam. (Adapun soal gaji anggota DPR yang besar, kehidupan mewah, budaya jet set, dll. itu hanya “efek samping” saja. Yang utama ialah penguatan sistem demokrasi yang jujur, adil, transparan, akuntabel).
[o]. Dunia ini telah dikuasai oleh Yahudi, dengan organisasi pendukungnya, Freemasonry, Illuminati, Theosofi, dan segala jaringan mereka. Mereka telah menguasai dunia. Mereka mencapai kebangkitan besar dengan sistem gerakan under ground, maka kita pun harus membuat pola yang sama. Kita harus melawan kaum paganis itu secara kaffah, sebagaimana mereka telah melawan kita secara kaaffah.
[o]. Dan lain-lain pemikiran serupa, dari berbagai jurusan dan bidang.
Kita sering letih sendiri mengikuti alur-alur berpikir seperti itu. Bukan tidak ada gunanya, tetapi kerap kita bertanya: Apa arti semua pemikiran itu dalam mengentaskan Ummat dari segala penderitaannya? Apakah ada buah dan manfaatnya? Atau keterpurukan itu tidak beranjak dari posisinya, bahkan seiring waktu makin parah saja?
Dalam situasi demikian, saya ingin memberikan sedikit penjelasan, sebagai solusi kesesakan dada kita dan kebuntuan pemikiran yang sekian lama terus menghantui. Sebenarnya, ini bukan suatu solusi yang bersifat praktis; tetapi sekedar wawasan agar kita tahu keadaan sebenarnya.
Pada hakikatnya, kemenangan suatu kaum (misalnya dominasi Yahudi dan Barat) itu terjadi bukan semata-mata karena kekuatan mereka, kepandaian mereka, serta pengorbanan mereka. Tidak semata-mata itu. Tetapi kemenangan mereka ialah karena Allah Al Qadiir telah menetapkan jadwal kemenangan atas mereka. Hal ini harus benar-benar kita pahami.
Seperti dominasi Yahudi di masa sekarang ini; hal tidak serta-merta karena kepintaran mereka, karena duit yang mereka miliki, karena ketabahan mereka membangun sistem; tidak semata karena itu. Tetapi secara jadwal sejarah, memang Yahudi telah ditetapkan masa-masa keemasannya (baca Surat Al Israa’: 4-6). Coba perhatikan, sejak era Fir’aun sampai hari ini, kaum Yahudi terlunta-lunta dalam kepedihan, keperihan, dan tertindas luar biasa. Mereka tidak bisa keluar dari semua itu, sampai Allah mengeluarkan mereka, dan memberikan kemenangan demi kemenangan.
Jadwal sejarah ini merupakan Sunnatullah. Kita tidak akan bisa melawan Sunnatullah, membelokkan, atau membuat detail jadwal berbeda; sekalipun otak kita sangat pintar, tubuh kita sangat kuat, uang di tangan sangat besar, serta strategi kita sangat canggih. Ya, bagaimana cara mengalahkan Sunnatullah?
Kita harus meyakini, bahwa Yahudi tidak bisa mendatangkan kemenangan, sekalipun mereka sangat menginginkan hal itu; sebagaimana mereka tidak akan bisa menolak kemenangan, sekalipun mereka tidak bekerja untuk itu. Ini adalah menyangkut jadwal sejarah yang mesti berlaku di muka bumi ini.
Dalam Al Qur’an disebutkan: “Wa tilkal aiyamu nudawiluha bainan naasi wa li ya’lamallahu alladzina amanu wa yattakhida minkum syuhada’” (itu adalah masa -kejayaan dan kekalahan- yang Kami pergilirkan di antara manusia, agar Allah mengetahui siapa yang beriman dan Dia menjadikan di antara kalian para syuhada). [Ali Imran: 140].
Bisa dikatakan…saat ini adalah eranya kejayaan Yahudi dengan segala kekuatan dan anak buah yang mereka miliki. Hal demikian sudah menjadi jadwal sejarah yang Allah tetapkan. Kita tidak bisa melawan Sunnatullah ini. Andaikan kaum Yahudi isinya hanya orang-orang bodoh yang lumpuh dan buta; mereka tetap akan menguasai dunia, dengan izin Allah. Meskipun kaum lain memiliki sekian banyak keunggulan, tetap saja tidak akan bisa mengubah jadwal yang telah ditetapkan.
Lalu setelah ini semua, apa yang mesti kita lakukan?
[a]. Dijelaskan hal ini bukan agar kita lemes, lunglai, atau mati semangat. Bukan sama sekali. Tapi biar kita mengerti tentang jadwal sejarah itu; dan lebih berendah hati kepada Allah Ta’ala yang Maha Kuasa menetapkan apa saja di tengah-tengah kehidupan manusia. Intinya, agar kita semakin mengagungkan Allah dan memuliakan-Nya.
Dalam Al Qur’an disebutkan, “Katakanlah: Ya Allah yang memiliki kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau izzah-kan (muliakan) siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di Tangan-Mu segala kebajikan, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Ali Imran: 26].
Lihatlah bagaimana kisah sejarah bangsa Mongol! Pada mulanya mereka tidak dikenal. Lalu di zaman Jengis Khan, mereka merajalela luar biasa; sehingga karena begitu takutnya akan serbuan Mongol, bangsa China mendirikan Tembok Besar hingga ribuan kilometer, dengan korban jiwa manusia puluhan ribu jiwa. Dahsyatnya kezhaliman Mongol sampai meruntuhkan ibukota Khilafah Abbassiyah di Baghdad. Kemudian sejarah Mongol perlahan tenggelam, terus merosot, hingga seolah padam. Kini manusia-manusia Mongol seperti tidak memiliki sejarah apapun. Negara pun seolah sirna. Namun nanti di akhir zaman, Mongol akan kembali merajalela; memuntahkan segala kedurhakaan, angkara murka, dan kekufuran hatinya. Abdurrahman Nashir As Sa’di rahimahullah menyebut Mongol inilah hakikat Ya’juj dan Ma’juj itu; dan saya setuju dengan pendapat beliau.
Lihatlah bangsa Mongol ini! Siapa yang mengingkari kekuatan, kehebatan, dan keberingasannya? Tetapi, bumi ini milik Allah Ta’ala; bukan Mongol yang berhak mengatur-atur kehidupan di muka bumi. Bila waktunya Mongol muncul, ia pasti akan muncul; sebagaimana jika mereka harus surut, pasti akan surut meskipun mati-matian mereka hendak berperan.
[b]. Meskipun kini giliran jadwal sejarah bagi Yahudi, bukan berarti kita akan diam, pasrah, dan menyerah. Tidak begitu. Kita harus berjuang untuk memberikan sepahit-pahit perlawanan kepada mereka. Bolehlah kini giliran Yahudi, tetapi kita tak akan membiarkan mereka memetik hasil dengan cara yang mudah.
[c]. Hal paling mendasar dalam kehidupan setiap Muslim adalah sikap ISTIQAMAH. Kita harus terus istiqamah dan istiqamah dalam menetapi kehidupan ini. Tentu kita tidak suci dari salah, kekurangan, dan dosa-dosa. Tetapi hendaknya kita selalu menjaga pokok-pokok ajaran Islam, sekuat tenaga. Hal itulah yang akan menyelamatkan kehidupan ini, sekaligus eksistensi Islam; dengan izin dan pertolongan Allah. Andaikan di tangan kita sudah tidak ada lagi benteng perlindungan, selain selembar kertas yang kumal; maka itu pun harus dipakai untuk menjaga Syariat Nabi Saw, sampai titik darah penghabisan.
[d]. Yakinlah akan kemuliaan kaum Mukminin. Ini sudah menjadi jaminan Allah Ta’ala. Dalam akhir Surat As Shaaf terdapat sebuah rahasia besar: “Wahai orang-orang beriman, jadilah kalian penolong-penolong agama Allah, sebagaimana Isa bin Maryam berkata kepada kaum Hawariyun, ‘Siapakah yang akan menolongku karena Allah?’ Maka Hawariyun berkata, ‘Kamilah penolong-penolong agama Allah.’ Maka berimanlah sebagian kaum Bani Israil (atas ajakan itu), dan kafirlah sebagian yang lain. Maka Kami akan berikan pertolongan kepada orang-orang beriman atas musuh-musuh mereka, lalu mereka akan mendapatkan kemenangan.” (As Shaff: 14).
Ayat ini sangat unik. Mulanya ia merupakan seruan untuk orang-orang beriman, agar menolong agama Allah. Lalu seruan itu berpindah ke dialog antara Isa Al Masih dengan para Shahabatnya, kaum Hawariyun. Dalam dialog itu Hawariyun menegaskan, bahwa mereka bulat tekad untuk membela agama Allah. Di kalangan Bani Israil ada yang membela Isa dan ada yang mengingkarinya. Lalu ayat ini ditutup dengan janji Allah, bahwa orang-orang beriman tak akan bisa dikalahkan musuh-musuhnya.
Masuk ke dalam ayat ini pertalian 3 kelompok: Orang Mukmin dari kalangan Muslimin, Isa Al Masih dan Hawariyun, dan Bani Israil. Selain itu, ayat ini membelah tiga zaman sekaligus: Zaman Bani Israil di masa lalu, zaman Isa Al Masih di masa lalu, dan zaman masa depan. Padahal kita tahu, kaum Zionis Israil (dan Syiah Rafidhah) selalu menanti-nanti kedatangan dajjal laknatullah ‘alaih; sementara pemusnah Dajjal itu nanti ialah Isa bin Maryam (dengan izin Allah). Artinya, ayat ini memiliki relevansi kuat dengan kondisi kaum Muslimin saat ini yang sangat terpuruk ini.
Dalam ayat tersebut, ada jaminan bahwa orang-orang beriman tak akan kalah oleh musuh-musuhnya (Yahudi). Kalaupun terjadi kekalahan, karena jumlah kaum beriman terlalu sedikit, dibandingkan jumlah Muslim yang awam. Sedikitnya jumlah Mukmin inilah yang membuat Yahudi seolah hebat; padahal sejatinya tidak demikian. Hingga Ibnu Katsir rahimahullah menyebut mereka sebagai Ashabul Qiradah Wal Khanazir (bangsa monyet dan babi).
Kalau kita ingin EKSISTENSI kuat saat berhadapan dengan Yahudi, syaratnya: (1). Kita harus menjadi insan yang Mukmin sejati; (2). Kita harus menjadi penolong-penolong agama Allah; (3). Dan kita harus merindukan datangnya Isa Al Masih putra Maryam ‘alaihissalam yang akan memimpin Ummat Islam melenyapkan dominasi kaum Yahudi (Zionis).
[e]. Maka kini, terus galakkan pengajaran Al Qur’an dan ilmu-ilmu keislaman; galakkan amal-amal shalih secara pribadi, kelompok, dan kolektif; galakkan amar makruf nahi munkar sekuat kesanggupan; galakkan segala upaya membela dan menolong kaum Muslimin. Selagi kita masih bisa menolong Ummat, lakukan dan lakukan.
[f]. Era Islam di masa nanti adalah JIHAD membela Tauhid dari segala agressi kaum kufar dan paganis, dimana kaum Muslimin akan berlindung di balik bendera Jihad Isa Al Masih. Maka segala hal yang bermanfaat untuk menyambut datangnya Jihad Akbar itu, mesti telah kita cicil dari sekarang. Apa saja yang bermanfaat, dibutuhkan, dan relevan; persiapkan. Jangan malu kalau Anda mulai belajar menyerut bambu dan mengenali serat-serat kayu; karena semua itu kelak kita butuhkan. Jangan malu pula untuk belajar mengelus-elus leher kuda, karena kelak anak-cucu kita akan setiap hari mengelus-elus leher kuda dan memberinya makanan rumput.
Sungguh, kita sangat merindukan bangkitnya sebuah negara yang Islami; karena negara seperti itulah yang akan mampu melindungi jiwa-raga dan kehidupan kaum Muslimin secara komprehensif. Tetapi bila kemenangan politik, atau kedaulatan Islam itu belum terbentuk di masa-masa seperti ini; JANGANLAH ANDA KECEWA. Bukan karena amal-amal dan perjuangan kita sia-sia, tetapi memang saat kini adalah jadwal sejarah bagi orang-orang kufar untuk mendominasi kehidupan. Sekali lagi jangan kecewa; teruslah berjuang dan berjuang semampunya. Seperti disebut dalam ayat: “Fa’bud rabbaka hatta ya’tiyaka al yaqin” (maka sembahlah Rabb-mu -termasuk dengan perjuangan-, sampai datang kepadamu kematian).
Pilihan yang tepat bagi kaum Muslimin saat ini ialah: Menjaga aset-aset kehidupan yang ada, menjadi oposisi paling liat bagi Yahudi, dan mempersiapkan diri untuk benturan besar di masa nanti. Kalau kita memilih langkah menjadi kompetitor Yahudi, sungguh besar energi dan pengorbanan yang diminta, tetapi hasilnya tetap saja Yahudi yang unggul (karena jadwal sejarah mereka sedang unggul).
Demikian tulisan sederhana yang bisa disampaikan. Mohon maaf atas segala salah dan kekurangan. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.
AMW.
0.000000
0.000000